Puisi roman picisan mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang. Sering kali dianggap “receh” karena bahasanya ringan, temanya sederhana, dan kadang terlalu dramatis. Tapi justru di sanalah letak kekuatannya: kesederhanaannya mampu menyentuh hati banyak orang. Di balik kata-kata manis yang terkesan klise, terselip rasa yang tulus dan emosi yang nyata. Tak heran jika puisi jenis ini sering muncul di media sosial dan disukai berbagai kalangan.
Apa Itu Puisi Roman Picisan?
Puisi roman picisan adalah puisi bertema cinta yang biasanya penuh kata-kata romantis, namun dikemas secara ringan, kadang berlebihan, dan bahkan jenaka. Istilah ini populer lewat sinetron dan budaya populer yang menggambarkan remaja yang mencoba menjadi puitis saat jatuh cinta. Walaupun sering dianggap lebay, puisi jenis ini justru punya daya tarik tersendiri karena mudah dipahami dan relate dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh Puisi Roman Picisan: Receh tapi Menyentuh
Berikut beberapa contoh puisi roman picisan yang bisa membuatmu senyum-senyum sendiri — atau bahkan diam-diam merasa terharu.
1. Tentang Kamu
Kamu itu kayak kopi hitam,
Pahit di awal, tapi nagih setelah kenal.Tatapanmu kayak senja,
Bikin aku diam, tapi dalam hati ramai.Kalau boleh jujur,
Aku nggak pintar berkata manis,
Tapi kalau soal rindu,
Aku juara satu di kelas paling sepi.
2. Receh Tapi Serius
Aku tahu aku bukan siapa-siapa.
Tapi aku ingin jadi alasan kenapa kamu senyum pas lihat notifikasi.Bukan karena lucu,
Tapi karena kamu tahu,
Di sana, ada aku yang lagi mikirin kamu.
3. Versi Patah Hati
Katanya cinta tak harus memiliki,
Tapi kenapa kehilanganmu rasanya kayak kehilangan sinyal pas lagi Zoom penting?Nggak kelihatan,
Tapi panik.
Nggak kedengeran,
Tapi nyesek.
4. Buat yang Masih Gebetan
Kamu itu kayak lampu jalan,
Nggak pernah aku sentuh, tapi selalu aku lihat.Kadang terang, kadang redup,
Tapi tetap aku lewati,
Karena kamu bagian dari jalanku pulang.
Mengapa Puisi Picisan Bisa Menyentuh?
Karena puisi ini berbicara dalam bahasa sehari-hari yang jujur dan apa adanya. Mungkin tidak indah secara teknis sastra, tapi justru karena “cacat”-nya itu, ia terasa lebih manusiawi. Setiap patah kata seperti mewakili hati yang tak sempurna tapi berani jujur.
Kesimpulan
Puisi roman picisan memang bukan karya sastra kelas berat, tapi jangan remehkan kekuatannya. Di balik kata-kata yang tampak sederhana, tersimpan rasa cinta, rindu, bahkan patah hati yang sangat nyata. Receh? Mungkin. Tapi menyentuh? Pasti. Karena kadang, hati lebih mudah digerakkan oleh sesuatu yang tampak kecil tapi tulus.