Biaya melatih model kecerdasan buatan (AI) seperti GPT-4 milik OpenAI akan terus naik di masa depan. Bahkan biaya melatih model AI diprediksi tembus USD 100 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
CEO Anthropic AI Dario Amodei dalam podcast In Good Company mengatakan model AI yang ada saat ini seperti ChatGPT-4o ‘hanya’ menghabiskan sekitar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun untuk dilatih. Namun ia memprediksi biaya melatih model AI akan naik hingga USD 10 miliar hingga USD 100 miliar dalam tiga tahun ke depan.
“Saat ini, 100 juta. Ada model yang sedang dalam pelatihan saat ini yang biayanya lebih mendekati satu miliar,” kata Amodei, seperti dikutip dari Tom’s Hardware, Rabu (10/7/2024).
“Saya pikir jika kita mencapai 10 atau 100 miliar, dan menurut saya itu akan terjadi pada tahun 2025, 2026, mungkin 2027, dan peningkatan algoritma terus berlanjut,” sambungnya.
Amodei menyebut nominal ini ketika membahas pengembangan model AI dari AI generatif menjadi kecerdasan buatan umum (AGI) di mana model AI sudah sangat pintar hingga mengalahkan manusia.
Biaya pelatihan AI sebagian besar dihabiskan untuk hardware seperti GPU khusus yang mentenagai pusat data. Tahun lalu, OpenAI dikabarkan membutuhkan lebih dari 30.000 GPU untuk melatih ChatGPT dan CEO Sam Altman mengatakan pelatihan GPT-4 menghabiskan USD 100 juta.
Tahun lalu lebih dari 3,8 juta GPU dikirimkan ke pusat data, dan angka ini diprediksi akan naik berkali-kali lipat. Belum lama ini Elon Musk ingin membeli 300.000 chip Nvidia B2 untuk melatih chatbot Grok, sementara OpenAI dan Microsoft berencana membangun pusat data AI senilai USD 100 miliar.
Selain biaya hardware, perusahaan AI juga membutuhkan tenaga listrik yang tidak sedikit untuk mentenagai pusat data dan infrastruktur lainnya. Total konsumsi listrik dari semua GPU pusat data yang dijual tahun lalu diperkirakan sebesar 14.348 GWh, atau setara dengan 1,3 juta rumah.
Pemerintah Amerika Serikat bahkan sudah memperingatkan perusahaan AI tentang kebutuhan listrik mereka yang melonjak. Guna mengatasi permintaan listrik yang terus meningkat, Microsoft sudah berencana membangun reaktor nuklir untuk mentenagai pusat datanya.