Digital Z – Era digital kini sudah melekat pada kehidupan manusia. Begitu juga terhadap pekerjaan di bidang jurnalistik.
Hal inilah yang coba ditangkap oleh Trans Studio Bandung dengan mengadakan seminar jurnalistik dengan tema ‘Peluang dan Tantangan di Era Digital’ yang berlangsung di Trans Studio Bandung pada Kamis (16/06/2024).
Ada dua pemateri hadir pada seminar tersebut yakni Jawa Barat M Asri Rasma dan Kepala Redaksi Digital Z Baban Gandapurnama. Asri dalam pemaparannya menjelaskan seputar jurnalisme televisi dalam menapaki era digital. Asri memberikan pandangan tentang bagaimana cara menjadi seorang jurnalis berkualitas di era digital yang terus menghadapi tantangan.
“Sebenarnya kalau berbicara menjadi jurnalis berkualitas, karena sekarang sudah masuk era digital, yang harus didahulukan itu adalah wawasannya luas dengan salah satu caranya membaca hal-hal yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan dan tentu dengan pergaulan, misalnya dia hadir atau datang ke sebuah acara, dia harus berani untuk maju memperkenalkan diri agar bisa membangun jaringan. Serta pemahaman teknologi, dimana ia harus memahami minimal perangkat-perangkat yang digunakan untuk pekerjaannya dia gitu. Itu semua bisa berjalan seiring berjalan waktu,” ucap Asri.
Sementara itu, Baban Gandapurnama menjelaskan seputar pekerjaan jurnalistik yang kini kian dipermudah dengan bantuan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Dia menilai bahwa di era digital ini, perlu menyiapkan jurnalis yang melek terhadap teknologi.
“Tantangan dari jurnalisme di era digital, bukanlah menghadapi perkembangan teknologi yang semakin baru ke dalam praktik-praktik jurnalistik. Akan tetapi, bagaimana menyiapkan jurnalis supaya bisa lebih melek teknologi, berkompeten, dan berkeahlian. Kehadiran AI itu tidak akan membunuh profesi jurnalis dan profesi lainnya. Justru yang menjadi ancaman adalah jurnalis yang tidak menggunakan AI, sehingga akan dilibas oleh jurnalis yang memanfaatkan AI,” tutur Baban.
Selain itu, Baban menjelaskan, penggunaan metode Open Source Intelligence (OSINT) menjadi penting dalam dunia jurnalisme di era digital. Menurutnya, metode tersebut memudahkan kerja jurnalis dalam mengumpulkan aneka data berbasis sumber terbuka di jagat maya.
“Namun, perkembangan teknologi pun membawa tantangan baru bagi jurnalis yang memanfaatkan OSINT. Maka itu, jurnalis mesti terus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, serta memanfaatkan alat teknologi secara bijak dalam pengumpulan informasi,” ujar Baban.
Sementara itu, Head of Marketing Communication Trans Entertainment Triya Filia Santi menuturkan kegiatan yang dihadiri oleh peserta dari berbagai elemen ini bertujuan untuk memberikan pemahaman seputar jurnalistik di era digital. Menurut dia, era digitalisasi saat ini berita mudah diakses oleh banyak orang.
“Sekarang kan sudah di era digital ya. Dimana sepertinya berita sekarang sudah semakin berkembang. Orang semakin mudah buat ngelihat berita. Jadi, kita pikir kayaknya kalau kita buat seminar ini menarik. Kebetulan tim Digital Z itu kan memang leading di pemberitaan terutama di Jawa Barat,” ucap Triya usai seminar.
Dia berharap pelaksanaan seminar ini dapat memberikan pengetahuan tentang dunia jurnalisme, khususnya jurnalistik digital, bagi peserta yang nantinya ingin menjadi seorang jurnalis. “Tentunya mereka bisa dapat insight yang baru ya. Seperti apa sih jurnalistik digital itu, tantangan dan peluangnya. Harapannya juga sebetulnya, ingin mengenalkan opportunity kalau mereka ingin menjadi jurnalis, seperti apa sih yang harus dipersiapkan gitu. Jadi harapannya, ingin mengenalkan para peserta tadi terhadap dunia jurnalistik khususnya di digital,” tuturnya.
“Misi Trans Studio Bandung sendiri bukan hanya entertainment, tapi juga edutainment. Jadi ada edukasinya. Sehingga, program-program edutainment ini memang dilakukan secara berkala dengan topik yang berbeda-beda. Narasumber yang dihadirkan juga memang sangat mumpuni. Jadi, harapannya bisa menarik anak-anak itu buat ikut edutainment program,” kata Triya menambahkan.