Jakarta, 7 Desember 2024 – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai target net zero emissions pada tahun 2060. Sebagai bagian dari langkah strategis tersebut, PLN telah mempersiapkan sejumlah teknologi ramah lingkungan yang inovatif, salah satunya adalah Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembangkit listrik berbasis fosil, sehingga dapat menekan emisi nasional hingga 19 gigawatt (GW) pada 2060.
1. Komitmen PLN dalam Mencapai Net Zero Emissions
PLN telah mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi emisi CO2 di sektor kelistrikan secara signifikan dalam dua dekade mendatang. Menurut pernyataan resmi, perusahaan pelat merah ini menargetkan untuk mengurangi emisi sebesar 19 GW pada 2060, yang setara dengan sekitar 70% dari total kapasitas pembangkit listrik saat ini yang berbasis fosil.
Sebagai langkah awal, PLN berencana untuk menambah kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Namun, PLN juga menyadari bahwa transisi penuh ke energi terbarukan memerlukan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu, teknologi CCS dan CCUS akan menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi dampak karbon dari pembangkit listrik berbasis batu bara yang masih mendominasi pasokan listrik nasional.
2. Teknologi CCS dan CCUS sebagai Solusi Pengurangan Emisi
Carbon Capture and Storage (CCS) adalah teknologi yang memungkinkan penangkapan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh pembangkit listrik atau industri lainnya, lalu menyimpannya di lokasi yang aman dan permanen, seperti formasi geologi bawah tanah. Dengan cara ini, CO2 yang seharusnya dilepaskan ke atmosfer dapat disekat dan disimpan, mengurangi dampak pemanasan global.
Sementara itu, Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) adalah pengembangan lebih lanjut dari CCS yang tidak hanya menyimpan CO2, tetapi juga menggunakannya kembali dalam berbagai aplikasi industri. Misalnya, CO2 yang ditangkap dapat digunakan untuk produksi bahan kimia, bahan bangunan, atau bahkan sebagai bahan bakar sintetis.
Menurut PLN, penerapan teknologi ini di Indonesia akan dilakukan secara bertahap, dengan fokus pada pembangkit listrik yang memiliki potensi emisi terbesar, seperti pembangkit berbasis batu bara. Dengan penerapan CCS dan CCUS yang efektif, PLN berharap dapat mengurangi jejak karbon dari pembangkit listrik berbasis fosil yang masih beroperasi, sambil mempercepat transisi menuju energi terbarukan.
3. Rencana Implementasi dan Pengujian Teknologi
PLN telah mulai melakukan uji coba dan pengembangan teknologi CCS/CCUS di beberapa pembangkit listriknya. Salah satunya adalah proyek percobaan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara, di mana teknologi CCS digunakan untuk menangkap emisi CO2 yang dihasilkan selama proses pembakaran. Selanjutnya, CO2 tersebut akan disalurkan ke lokasi penyimpanan bawah tanah yang telah disiapkan di bawah permukaan tanah.
Sebagai bagian dari komitmennya untuk mengurangi emisi, PLN juga telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan teknologi internasional dan lembaga riset untuk mempercepat pengembangan dan penerapan teknologi ini. Beberapa proyek percontohan CCS dan CCUS juga telah dilaksanakan di berbagai negara, yang diharapkan dapat menjadi referensi dan model untuk implementasi teknologi ini di Indonesia.
Salah satu tantangan utama dalam penerapan teknologi ini adalah biaya yang tinggi, terutama untuk penangkapan dan penyimpanan CO2. Namun, PLN yakin bahwa dengan berkembangnya teknologi dan skala implementasi yang lebih besar, biaya penerapan CCS dan CCUS akan semakin terjangkau. PLN juga berharap dapat memperoleh dukungan dari pemerintah dalam bentuk insentif dan kebijakan yang mendukung adopsi teknologi ini.
4. Dukungan Pemerintah dalam Pengurangan Emisi
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060. Dalam upaya ini, pemerintah mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan, termasuk CCS dan CCUS. Beberapa insentif fiskal dan kebijakan sudah disiapkan untuk mendorong pengembangan dan penerapan teknologi ini, seperti pembebasan pajak karbon dan pengurangan biaya investasi bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi pengurangan emisi.
Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan, dengan target 23% dari total konsumsi energi pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Meski demikian, sektor kelistrikan berbasis fosil, terutama batu bara, masih akan memainkan peran penting dalam pasokan energi di Indonesia dalam beberapa dekade mendatang. Oleh karena itu, penerapan teknologi CCS dan CCUS dianggap sebagai solusi jangka panjang yang krusial untuk mencapai target pengurangan emisi.
5. Masa Depan Teknologi CCS/CCUS di Indonesia
Meskipun teknologi CCS dan CCUS masih dalam tahap pengembangan di Indonesia, PLN optimis teknologi ini akan menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik berbasis batu bara. Dengan terus meningkatkan kapasitas riset dan pengembangan, serta kerja sama dengan mitra internasional, PLN berharap teknologi ini akan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Selain itu, PLN juga akan terus berinovasi dalam mencari solusi lain yang dapat mendukung transisi energi bersih, seperti mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan geotermal. Dengan kombinasi teknologi ramah lingkungan dan peningkatan efisiensi energi, PLN berkomitmen untuk mendukung Indonesia mencapai tujuan net zero emissions pada tahun 2060.
PLN memainkan peran penting dalam upaya Indonesia untuk mencapai target net zero emissions pada 2060. Melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), PLN berharap dapat mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik berbasis batu bara, yang masih menjadi bagian signifikan dari pasokan energi nasional. Walaupun tantangan dalam implementasi teknologi ini masih besar, dukungan dari pemerintah dan kemajuan teknologi yang terus berkembang memberikan harapan bahwa Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisi dengan cara yang lebih berkelanjutan.